Kamis, 05 Agustus 2010

AKU dan DIA

kebimbangan dan kegelisahan mengitari seluruh organ dalam otakku saat aku dihadapkan kepada dua pilihan, dimana aku harus bisa memilih diantara keduanya. aku menyayangi keduanya, tapi aku harus bisa memilih salah satu diantaranya. aku kesulitan ketika dihadapkan pada dua pilihan.

aku memang lebih dulu mengenalnya, aku sudah mengenal pribadinya sejak lama. aku akui aku menyayanginya, entah kenapa aku menjadi ragu padanya. aku bingung tentang rasa yang aku rasa semenjak 2 tahun terakhir ini aku menyayanginya karena memang aku menyayanginya atau kerena aku yang sudah mulai bergantung dan mulai terbiasa padanya.

satu bulan terakhir aku mulai merasa jenuh, kejenuhan yang sempat membuatku lupa akan semua kenangan terindah yang pernah kita lalui bersama. hingga suatu ketika aku mulai mengenal DIA. dia warna baru dalam hidupku, dia yang membebaskan aku dari kejenuhanku, dia yang banyak mengajari aku tentang mencinta dan dicinta, dan dia yang selalu mengingatkan aku dengan statementnya “hari kemarin adalah SEJARAH, hari esok adalah misteri dan hari ini yang harus kita jalani”. setangkup kalimat itu tak akan pernah hilang dari ingatanku.

secangkir chocochino panas yang menemani aku dikala malam-malam pembunuh itu menyergapku, menghantui pikiranku kembali, menghipnotis alam bawah sadarku. ini sudah gelas ke lima aku menyeruputnya dengan hangat. ku kembangkan cuping hidungku lalu ku hirup dalam-dalam aromanya yang eksotis. ku putar kembali sendok kecil didalamnya hingga buih-buih itu muncul semakin banyak, dan pusaran didalamnya semakin terbentuk. aku terasa hampir masuk dalam pusaran itu. terjerat kembali pada ingatan-ingatan dan penyesalan atas diriku yang sempat terpikir untuk mengelabuhi keduanya. kedua lelaki yang membuatku tersiksa karena harus dihadapkan pada dua pilihan. dua pilihan yang harus aku pilih satu diantaranya.

ini adalah malam ke empat dimana aku yang masih bimbang pada diriku yang hilang arah, bimbang dan masih belum juga tau mana yang harus ku pilih. tapi aku memang harus memilih, aku tidak boleh memiliki keduanya.

dia yang lebih dulu ku kenal dua tahun terakhir ini.

DIA baik, dia memang tidak romantis juga cuek. tapi kecuekan dia selama ini yang membuatku tertantang.

tapi ada satu sifatnya yang membuatku tidak kuat menahan.

DIA kasar, tidak bisa sedikit pun bersikap lembut padaku. aku merasa tidak pernah merasakan kasih sayang itu.

dia warna baruku

DIA pun baik, dewasa dalam berpikir, membawa selalu ketenangan yang membuatku enggan menjauh darinya dan selalu ingin dekat dengannya. dia mempunyai segalanya yang tidak dimiliki DIA yang lebih dulu ku kenal.

satu sifat yang membuatku tidak tahan, sepertinya hampir tidak ada. hanya saja dia tidak pernah bisa terbuka padaku. dan sampai saat ini pun aku masih bertanya-tanya soal rahasia yang dia tutupi rapat tanpa celah sedikit pun.

butuh penimbangan yang kuat, hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk memilih DIA warna baru dalam hidupku. aku pun sadar ini memang terlalu cepat, terlalu cepat aku memutuskan untuk memilih DIA yang baru saja ku kenal. aku pun bingung mengapa aku begitu antusias memilih dia.

aku yakin betul DIA-lah yang terbaik untukku.

satu bulan berlalu, namun tiba-tiba keyakinan itu pudar seketika. keraguan mulai bermunculan. DIA yang tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat, dia bukan dia yang aku kenal dulu. dia seperti menjadi orang asing dalam hidupku.

keyakinan yang aku yakini seratus persen kini menjadi gumpalan-gumpalan keraguan yang membuat semua sistem saraf otakku tidak bekerja sempurna. entah rahasia apa yang dia tutupi.

dua minggu aku tidak mendapat sedikit kabar darinya. aku yang bingung harus mencari dia kemana, aku bingung memikirkan apa salahku hinga dia seperti ini.

aku menunggu dia mengklarifikasi semuanya. aku yang rela menunggu sebuah kepastian yang akan dijatuhkan padaku. aku yang rela membiarkan malam-malam kesakitan menyergapku.

ini adalah malam ke tujuh aku melewatinya dengan ditemani bulir-bulir kristal yang hampir setiap malam jatuh pada pelupuk mataku.

tiba-tiba ponselku bergetar, entah dimana aku meletakkannya. aku mencari kesana kemari, seolah beharap DIA yang mengirim pesan lalu berkata

“sayang kamu apa kabar, maaf aku gak ngabarin kamu. karena aku sibuk. aku sayang kamu”

ku buka perlahan berharap dia yang mengirim message. well begitu takjub aku yang pelahan mengeja isi pesan itu berharap ada satu kekeliruan didalamnya. namun memang tidak ada sedikit pun kekeliruan dalam isi pesan itu.

lagi-lagi bulir kristal yang terlihat seperti bentuk nol besar tiba-tiba mengalir deras. sangatlah deras. isi pesan yang aku harapkan berubah menjadi kesakitan yang aku rasakan.

“maaf sebaiknya kita sudahi hubungan ini, karena aku tdak ingin menyakiti hatimu lebih dalam”.

tuhan …. mengapa jalan ini yang engkau pilihkan untukku??. aku yang masih duduk terdiam menatap lekat langit-langit yang sepertinya tidak ada sedikit pun bintang-bintang bertaburan.

yahh inilah perpisahan paling sepi yang aku rasakan, tidak ada kata pencegahan untuk menyudahi semua ini, tidak ada kata peluk terakhir ataupun cium terakhir. semuanya berlalu begitu saja.

tapi inilah pilihan yang dia mau, aku tidak bisa mencegahnya aku tidak bisa memaksakan keadaan ini. walau alasan yang diberikan tidak cukup menjelaskan padaku, alasan yang tidak rasional.

mungkin ini adalah jalan terbaik untuk semuanya.

untuk AKU dan DIA .

ini adalah pelajaran yang paling berharga dalam hidupku, aku harus bisa lebih berhati-hati lagi. agar tidak akan ada lagi penyesalan. dan KESAKITAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar