Senin, 19 Juli 2010

FILOSOFI KOPI DEE; surat yang tak pernah sampai

“Dia, yang tidak penah kamu mengerti. Dia racun yang membunuhmu perlahan. Dia yang kamu reka dan kamu cipta”

takjub??, aku pun takjub ketika ketidaksengajaan aku mencoba membuka dengan hati-hati tiap lembar kertas dan aku temukan sebuah judul Surat yang Tak Pernah Sampai, FILOSOFI KOPI oleh Dee Lestari.

apa hubungannya dengan tulisanku kali ini? yah aku ingin semua orang bisa membacanya betapa dalamnya setiap bait kata, dan bagaiman dia menggabungkan hal yang abstrak dengan yang konkret. sungguh sangat membuatku mempesona. walau diawal sempat tidak mengerti arah dan tujuan cerita ini bagaimana, tapi ketika aku mencoba membacanya berulang akhirnya aku pun mengerti.

apa hanya itu aja hubungannya?? tentu tidak, ini semua memang ada kaitannya dengan tulisan-tulisanku yang lalu dan sisi dari diriku yang mulai sinis menatap dunia. semua berawal dari 7 hari keramat yang membuat keseharianku seperti wanita TOLOL dengan sebelah jiwanya yang pergi bersama DIA yang tiba-tiba menghilang, dan aksi-aksi BODOH-ku yang memutuskan aksi BUNGKAM.

nurani ini berkata, ingin sekali aku menghentikan waktu sejenak untuk sekedar mengabadikan momen-momen bersamanya, bersama DIA yang tiba-tiba menghilang. persis seperti yang telah dituliskan pada “Surat yang Tak Pernah Sampai”

“kalau saja hidup tak berevolusi, kalu saja sebuah MOMEN dapat selamanya menjadi fosil tanpa terganggu, kalau saja kekuatan kosmik mampu stagnan di satu titik, maka … tanpa ragu kamu akan memilih satu detik BERSAMANYA UNTUK DIABADIKAN. cukup satu.”

“KAMU TAKUT. kamu takut karena ingin jujur. dan kejujuran menyudutkanmu untuk mengakui kamu mulai RAGU.”

“dialah bagian terbesar dalam hidupmu, tapi kamu cemas. kata ‘SEJARAH’ mulai menggantung hati-hati di atas sana. sejarah kalian, konsep itu menakutkan sekali.

sejarah memiliki tampuk istimewa dalam hidup manusia, tapi tidak lagi melekat utuh pada realitas. sejarah seperti awan yang tampak padat berisi tapi ketika disentuh menjadi embun yang rapuh”

“lama baru kamu menyadari bahwa pengalaman merupakan bagian tak terpisahkan dari hubungan yang diikat oleh seutas perasaan mutual.

“lama bagi kamu menoleh ke belakang, menghitung, berapa banyakkah pengalaman yang nyata yang kalian alami bersama?”

“sebuah hubungan dibiarkan tumpah tanpa keteraturan akan menjadi hantu yang tidak menjejaki bumi, dan alasan cinta yang tadinya diagungkan bisa berubah menjadi utang moral, investasi waktu, perasaan, serta perdagangan kalkulatif antara dua belah pihak”

“cinta butuh dipelihara, cinta jangan selalu ditempatkan iming-iming besar, atau seperti ranjau yang tiba-tiba meledakanmu entah kapan dan kenapa. Cinta yang sudah dipilih sebaiknya diikutkan di setiap langkah kaki, merekatkan jemari, dan berjalanlah kalian bergandengan ….. karena cinta adalah mengalami”

“dia yang tidak pernah menyimpan gambar rupamu, pasti tidak tahu apa rasanya menatap lekat-lekat satu sosok, membayangkan rasa sentuh dari helai rambut yang polos tanpa busa pengeras, rasa hangat uap tubuh yang kamu hafal betul temperaturnya.”

“betapa sulitnya perpisahan yang dilakukan sendirian. tidak ada sepasang mata lain yang mampu meyakinkan bahwa ini memang sudah USAI. tidak ada kata, peluk, cium, atau langkah kaki beranjak pergi, yang mampu menjadi penanda dramatis bahwa sebuah akhir telah diputuskan bersama.”

ini bukan yang pertama, bulir-bulir kristal berbentuk bulat mulai membasahi kembali pelupuk mataku setelah cerita itu mampu menghipnotisku. lagi-lagi tabir kenyataan belum jua siap menjelaskan semuanya. semua ke-ABSTRAKAN, fakta-fakta belum jua terungkap dibalik realita yang tampak. sulit bagiku mengartikan semua ini.

entah sampai kapan kamu terus bersembunyi dibalik benteng yang begitu terjal dan tinggi bahkan sangat padat. benteng yang berisi KERAGUAN, KETAKUTAN, KENAIFAN, serta KEEGOSIAN yang kamu cipta sendiri.

aku lelah, aku letih, aku lemas, aku tak sanggup melewati benteng itu.

tapi aku mau kamu, aku menginginkan kamu kembali dalam dekapanku. jangan lagi kamu menutup diri, aku mohon … biarkan hatimu berbicara, biarkan nuranimu memilihkan jalan untukmu, jalan untukmu kembali padaku.

thanks to Dee Lestari, you are My Inspiration

19072010

‘dita

2 komentar:

  1. “betapa sulitnya perpisahan yang dilakukan sendirian. tidak ada sepasang mata lain yang mampu meyakinkan bahwa ini memang sudah USAI. tidak ada kata, peluk, cium, atau langkah kaki beranjak pergi, yang mampu menjadi penanda dramatis bahwa sebuah akhir telah diputuskan bersama.”
    Melakukan perpisahan seorang diri...sangat sulit dilakukan namun harus dijalani untuk perjalanan cinta yang sudah tidak sejalan.

    BalasHapus
  2. yah memang sangat terlalu sulit. well jalanin aja semuanya dengan baik-baik aja. hehe

    BalasHapus